Kroto yaitu nama yang diberi oleh Jawa untuk campuran larva dan semut semut berdaulat Asia (lebih-lebih oecophylla smaragdina). Campuran ini tenar di antara pecinta burung dan nelayan di Indonesia, karena larva semut populer sebagai umpan ikan, dan juga sebagai makanan tambahan untuk meningkatkan keterampilan celana. Penggemar burung memberi Kroto yang kaya protein dan vitamin untuk burung peliharaan mereka, demi kepuasan mereka memperdengarkan kicauan burung merdu, atau dikala mereka mempersiapkan burung untuk mengambil bagian dalam kompetisi burung pedendang.
Umumnya, ragam pohon yang disukai oleh Semut Rangrang termasuk Rambutan, Mangga, dan Jambu. Semut ini juga berbahagia membuat sarang di pohon jati, sukun, dan Noni. Ukuran sarang cenderung mengikuti ukuran daun. Untuk menemukan Kroto alat khusus diperlukan, yang bisa diwujudkan sendiri. Perangkat ini terdiri dari bambu sebagai alat buffer dan penyesuaian.
Ukuran buffer cukup berpengaruh pada hasil. Kian tinggi ukurannya, semakin besar hasil yang didapatkan. Alat yang bisa disesuaikan terbuat dari kain kasa yang terwujud seperti kerucut. Alat penebang digantung pada buffer, menggunakan tali rafia, di tiga sisi. Alat yang dapat disesuaikan juga bisa diganti dengan BESEK, komponen tengah dihasilkan runcing. Kroto diambil menggunakan bambu yang ujungnya dilengkapi dengan sepeda.
Tip runcing berfungsi untuk menembus sarang semut, jadi telur jatuh pada Besek. Lubang tusukan kecil ini secara alami ditutup oleh telur semut Rangrang yang akan diproduksi beberapa hari kemudian. Umumnya, panen di daerah yang sama cuma dapat diulang satu bulan kemudian.
Manfaat ekonomi sejauh ini pasokan pasar burung atau toko yang menjual pakan burung hanya bergantung pada kolektor Kroto dari tangkapan natural. Kami tahu alam tak kapan saja menyediakan Kroto terutama selama musim hujan.
Kehidupan Semut Rangrang memang identik dengan kehidupan masyarakat pedesaan. Bagi beberapa orang, Kroto dari Semut Rangrang ialah sumber penghasilan baru dan dianggap sebagai sistem miskin untuk mendapatkan penghasilan tambahan.
Penghasilan yang dapat diperoleh secara gratis dan tanpa mengganggu waktu dan aktivitas mereka. Dengan cara yang praktis dan gampang mereka dapat menerima semut Kroto Rangrang.
Kalau Anda beratensi pada kegiatan budidaya, tentu saja banyak manfaat yang dapat dinikmati. Apa yang kelihatan terang tentu saja manfaat ekonomi. Harga Kroto berkisar dari Rp. 30 ribu sampai Rp. 50 ribu / kg, harga sangat menggoda tentu saja.
Ketika ini, umumnya hanya petani buah yang tertarik untuk menumbuhkannya, karena mereka juga mengambil manfaat dari semut Rangrang untuk menjaga buah-buahan mereka.
Kecuali itu, dengan memanfaatkan semut Rangrang secara optimal, petani bisa mengurangi penggunaan bahan kimia yang ialah sumber udara, tanah dan polusi air.
Kebun Anda akan lebih natural, burung dan lebah akan datang ke kebun dan memberikan manfaat tambahan, termasuk predator dan parasitoid yang dapat membantu melindungi kebun.
Menurut hasil penelitian yang dijalankan di Delta Mekong, Vietnam, petani yang mempertahankan semut Rangrang hanya menghabiskan 25-50% dari jumlah uang yang dihabiskan untuk pembelian bahan kimia, apabila dibandingkan dengan mereka yang tak mempertahankan semut, sehingga Hasil rata-rata masih menyediakan laba bersih lebih tinggi.
Semut Rangrang juga tidak hanya bermanfaat dalam buah-buahan. Di Australia, kualitas dan hasil panen lebih tinggi pada tanaman yang dihuni oleh semut Rangrang dan tanpa memakai bahan kimia apabila dibandingkan dengan kebun memakai bahan kimia untuk memegang hamanya.
Selain itu, semut Rangrang di perkebunan juga dapat menciptakan buah organik.
0 Komentar